Film Negeri 5 Menara – Film yang kita bahas berikut ini diangkat dari Novel laris karangan Ahamd Fuadi yang berjudul sama yaitu Negeri 5 Menara. Buku Novel Negeri 5 Menara merupakan salah satu penjualan buku terbanyak Gramedia yang sampai dengan saat ini terjual sebanyak 200.000 eksemplar dengan 12 kali dicetak, dan inimerupakan rekor terbanyak yang diraih gramedia selama 37 tahun. Tentu dengankepopuleran Novel ini, Film Negeri 5 Menara merupakan salah satu film yang akan dinanti-nanti bagi penikmat buku novel.
Pembuatan Film Negeri 5 Menara ini telah selesai pada bulan November 2011. Proses syuting dan pengambilan gambarnya sendiri dilaksanakan di beberapa tempat di Indonesia dan juga ada yang di London. Seperti di Pondok Pesantren Modern Gontor, di Ponorogo Jawa Timur, di Mesjid Salman Bandung, Bukittinggi dan Danau Maninjau Sumatera Barat, serta di London Inggris. Dijadwalkan pula Film Negeri 5 Menara iniakan tayang pada bulan Februari 2012.
Adapun Cerita dan Sinopsis Film Negeri Lima 5Menara ini merupakan sebuah Film pertama dari sebuah trilogi (seperti Novelnya) yang saling berkaitan dan bersambung. Apabila di Novel, trilogi pertama berjudul Negeri 5 Menara, yang kedua Ranah 3 Warna, sedangkan yang ketika sedang dalam proses penulisan. Inti dan Pesan utama dari Sinopsis Film ini yaitu sebuah petualangan seorang anak bangsa yang berlatar belakang sangat sederhana, namun karena keteguhan dan kerja keras, ia bisa sukses bukan saja dinegeri sendiri, namun di tingkat dunia. Cerita Film Negeri 5 Menara ini bermula dari seseorang bernama Alif. Alif baru saja tamat dari Pondok Madani. Dia selalu bermimpi, bahwa dirinya bisa menguasai bahasa Arab dan Inggris, kemudian dia ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantau sampai ke Amerika.
Alif lahir di pinggir Danau Maninjau dan tidak pernah menginjak tanah di luar ranah Minangkabau. Masa kecilnya adalah berburu durian runtuh di rimba Bukit Barisan, bermain bola di sawah berlumpur dan tentu mandi berkecipak di air biru Danau Maninjau. Tiba-tiba saja dia harus naik bus tiga hari tiga malam melintasi punggung Sumatera dan Jawa menuju sebuah desa dipelosok Jawa Timur. Ibunya ingin dia menjadi Buya Hamka walau Alif ingin menjadi Habibie. Dengan setengah hati dia mengikuti perintah Ibunya: belajar dipondok.
Di kelas hari pertamanya di Pondok Madani (PM), Alif terkesima dengan “mantera” sakti man jadda wajada. Siapa yang bersungguh-sungguh pasti sukses. Dia terheran-heran mendengar komentator sepakbola berbahasa Arab, anak menggigau dalam bahasa Inggris, merinding mendengar ribuan orang melagukan Syair Abu Nawas dan terkesan melihat pondoknya setiap pagi seperti melayang di udara.
Dipersatukan oleh hukuman jewer berantai, Alif berteman dekat dengan Raja dari Medan,Said dari Surabaya, Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung dan Baso dari Gowa. Di bawah menara masjid yang menjulang, mereka berenam kerap menunggu maghrib sambil menatap awan lembayung yang berarak pulang ke ufuk. Di mata belia mereka, awan-awan itu menjelma menjadi negara dan benua impian masing-masing. Kemana impian jiwa muda ini membawa mereka? Mereka tidak tahu. Yang mereka tahu adalah: Jangan pernah remehkan impian, walau setinggi apa pun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.
Masih dari Sinopsis Film Negeri 5 Menara, Alif masih bermimpi bahwa dirinya bisa menguasai bahasa Arab dan Inggris, kemudian dia ingin belajar teknologi tinggi di Bandung seperti Habibie, lalu merantausampai ke Amerika. Maka dari itu selesai dari Pondok, dengan semangat besar dan menggelegar dia pulang ke Maninjau dan tak sabar ingin segera kuliah. Namun sahabat karibnya, Randai, meragukan dia mampu lulus UMPTN. Lalu dia sadar, ada satu hal penting yang dia tidak punya yaitu ijazah SMA. Bagaimana mungkin mengejar semua cita-cita tinggi tadi tanpa ijazah?
Terinspirasi semangat tim dinamit negara Denmark, dia mencoba mendobrak rintangan berat. Baru saja dia bisa tersenyum, badai masalah menggempurnya silih berganti tanpa ampun. Alif letih dan mulai bertanya-tanya:“Sampai kapan aku harus teguh bersabar menghadapi semua cobaan hidup ini?” Hampir saja dia menyerah.
Rupanya “mantra” man jadda wajada saja tidak cukup sakti dalam memenangkan hidup. Alif teringat “mantra” kedua yang diajarkan di Pondok Madani: man shabara zhafira. Siapa yang bersabar akan beruntung.Berbekal kedua mantra itu dia songsong badai hidup satu persatu. Bisakah dia memenangkan semua impiannya?
Disebabkan rasa cam terpanggil sgt nak tahu psl novel ni, maka gigih le aku order online di PTS..Tak sabar nk tnggu buku sampai..oh yeahhh...
Tak larat sgt dh skang ni, mostly tv di malaysia ni di sogokkan dgn citer yg takde pengajaran dr segi ketuhanan bagi aku..Bukan le mnunjukkan aku ni cam baik sesgt..alim bebenor..tidak..tidak..Tapi kita perlu mencari sesuatu yg kearah kebaikan..Bukan tak ada novel yg di adaptasi ke drama mahupn filem tp kebanyakkan nye bagi aku hanya tontonan jamu mata tp takde pengisian pn...Tak sprt filem2 dr negara seberang sprt Ketika Cinta Bertasbih, Dalam Mihrab Cinta, Ayat2 Cinta, Lashkar Pelangi dan banyak lagi lah..yg dr novel ke filem yg mmg boleh meruntum jiwa bila kita menontonya..Rasa sgt insaf dan terpukul..
Terus terang aku katakan aku menangis tngok movie KCB tuh...sbb rasa insaf, mampukah mendidik ank solehah sama sprt Anna Alfatunnisa ataupun se tegar imannya sprt Abdullah Khairul Azam..Insyallah...Kami berusaha menjadi ibu bapa yg baik utk menjadikan anak-anak yg soleh serta solehah..Aminnnnnnnn
Berbalik pada novel Negeri 5 Menara nih, dr sinopsis pn aku cam dh excited...sbb ayat2 ini >>
JANGAN PERNAH REMEHKAN IMPIAN, WALAU SETINGGI APA PUN. TUHAN SUNGGUH MAHA MENDENGAR
citer negeri 5 menara ini sangat lah best..filem motivasi yang membuat insyaf
ReplyDelete